Apa itu Fire Suppression System?
Fire suppression system adalah sebuah sistem rangkaian kinerja Mechanical serta Electrical guna mendeteksi api serta memadamkan api baik secara otomatis ataupun manual. Hal ini dilakukan melalui media agent pemadam dengan menghilangkan salah satu bagian dari segitiga api sehingga mampu menghentikan penyebab terjadinya pembakaran pada sebuah Gedung.
Hepworth Browne Limited – Kunena – Topic: Boniva 200mg purchase, buy boniva bodybuilding (1/1) how to buy anavar xxx bodybuilding shemale tube
Fire Suppression Systems kini menjadi kewajiban pada beberapa industri karena mampu mencegah kerugian serta kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran. Penggunaan fire suppression systems diterapkan pada area dengan tingkat kebakaran tinggi atau pada area yang berisi aset-aset berharga yang rawan jika terkena air.
Pengaplikasian Fire Suppression pada Gedung
Umumnya, fire suppression system menggunakan media agent gas yang aman bagi peralatan bermuatan listrik, tidak meninggalkan zat residu serta aman juga bagi lingkungan (Green Protection) dan manusia yang disebut clean agent.
Media tersebut yang nantinya didistribusikan dengan system total luapan untuk memadamkan api di area yang diproteksi. Karenanya fire suppression system ini adalah solusi pengganti water sprinkler yang berbahaya bagi peralatan bermuatan listrik atau dokumen-dokumen berharga karena menggunakan air sebagai media pemadamnya.
Fire suppression system dapat diaplikasikan pada:
• Ruang arsip
• Ruang server
• Ruang kontrol
• Ruang panel listrik
• Gudang elektronik/ area-area yang menyimpan peralatan bermuatan listrik lainnya.
Konsep Dasar Kebakaran
Kebakaran adalah peristiwa pembakaran yang tidak kita inginkan. Pembakaran adalah proses reaksi oksidasi yang cepat antara bahan bakar dan oksigen yang umumnya menghasilkan api dan nyala.
Ada tiga komponen yang dibutuhkan untuk terjadinya pembakaran yaitu:
- Bahan Bakar
- Oksigen
- Panas
Komponen lain adalah reaksi kimia beruntun. Ketiga kompenen tersebut popular dengan istilah Segitiga Api. Jika reaksi kimia beruntun diikutkan maka disebut Tetrahedron Api. Tanpa adanya salah satu komponen tersebut maka pembakaran tidak akan terjadi.
1.1 Proses Pembakaran
Temperatur yang dibutuhkan bahan bakar untuk memulai penyalaan disebut temperatur atau titik nyala (flash point). Pada titik nyala, bahan bakar padat atau cair akan mengalami dekomposisi secara termal atau menguap dam bercampur dengan oksigen di udara membentuk campuran yang dapat terbakar (ignitable mixtures). Biasanya titik api lebih tinggi 5 – 10 derajat daripada titik nyala.
1.2 Perpindahan Panas Nyala Api
Mekanisme perpindahan panas nyala api didominasi oleh perpindahan panas secara konveksi dan radiasi. Pada temperature yang tinggi perpindahan panas radiasi akan lebih dominan. Sedangkan pada temperatur yang lebih rendah perpindahan panas konveksi akan lebih dominan.
1.3 Klasifikasi Kebakaran dan Bahan Bakar
Menurut standar NFPA, kebakaran dapat dibagi menjadi 4 kelas menurut bahan bakar yaitu:
-Kebakaran Kelas A
Yang termasuk kebakaran kelas A adalah kebakaran karena terbakarnya bahan-bahan padat kecuali logam. Contohnya kayu, karet dan bahan jenis plastik.
-Kebakaran kelas B
Yang termasuk kebakaran kelas B adalah kebakaran karena terbakarnya bahan-bahan seperti cairan mampu nyala, seperti bensin, lemak dan gas mampu nyala.
-Kebakaran kelas C
Yang termasuk kebakaran kelas C adalah kebakaran yang terjadi pada peralatan listrik seperti generator listrik, motor listrik, komputer.
-Kebakaran kelas D
Yang termasuk kebakaran kelas D adalah kebakaran karena terbakarnya bahan-bahan logam yang dapat terbakar seperti Mg, Ti, Zr, I, Li dan Po.
2 Konsep Penanggulangan Kebakaran
Secara umum mekanisme penghambatan proses kebakaran dilakukan dengan cara-cara berikut :
-Mendinginkan bahan yang dibakar
-Mengurangi tingkat oksigen
-Memisahkan bahan yang terbakar dan oksigen dengan suatu lapisan yang tak dapat terbakar.
-Menggunakan zat-zat kimia yang dapat menghambat reaksi pembakaran itu sendiri.
2.1 Media Pemadam Api
Media pemadam api dapat dikelompokan berdasarkan kelas kebakaran yaitu :
-Media Pemadam Api Untuk Kebakaran Kelas A
Media yang digunakan adalah air, busa, bahan kimia kering, Halon, gas bertekanan seperti gas inert dan halokarbon. Gas inert seperti CO2, Argon, Nitrogen dan paduannya.
-Media Pemadam Api Untuk Kebakaran Kelas B
Media yang digunakan adalah bahan kimia kering, busa, kabut air, Halon dan gas bertekanan.
-Media Pemadam Api Untuk Kebakaran Kelas C
Media yang digunakan adalah bahan kimia kering, Halon, gas bertekanan.
-Media Pemadam Api Untuk Kebakaran Kelas D
Media yang digunakan adalah bahan yang cocok untuk logam tertentu yang terbakar. Contohnya untuk logam Mg yang terbakar dipadamkan dengan garam KCI. Tepung kima kering digunakan untuk kebakaran pada kelas ini.
2.2 Air sebagai Pemadam Api
Air dapat memadamkan api dengan menyerap panas sehingga bahan bakar diinginkan sampai dibawah titik nyalanya. Namun air hanya cocok untuk kebakaran kelas A. Untuk property berharga seperti lukisan, museum, arsip, surat berharga, air tidak cocok digunakan sebagai media pemadam api karena air akan masuk property berharga tersebut. Air juga merupakan bahan dasar pemadam api untuk system busa. Air sebagai media pemadam api juga memakai system hidran-sprinkel yang sering kita jumpai pada gedung bertingkat.
2.3 Busa Sebagai Pemadam Api
Busa (foam) adalah kumpulan gelembung berisi gas. Busa pemadam api dibuat dari air dan konsentrat busa dengan presentase tertentu. Busa dibuat dengan pencampuran turbulensi udara atmosfer ke dalam larutan busa (air dan konsentrat busa). Turbulensi ini dapat dihasilkan dengan induksi udara ke dalam larutan oleh aksi venture pada alat pembuat busa.
2.4 Bahan Kimia Kering (Dry Chemicals) Sebagai Pemadam Api
Bahan kimia kering yang digunakan terdiri dari 5 jenis yaitu :
Sodium Bikarbonat
Monoamonium Phospat
Potasium Bikarbonat atau disebut juga ‘Purple K’
Potasium Klorida atau disebut juga ‘Super K’
Urea-Potasium Bikarbonat
2.5 Tepung Kimia Kering (Dry Chemicals Powder) Sebagai Pemadam Api
Tepung kimia kering terdiri dari lima tipe, yaitu :
-Tepung G-1
Graphit bertindak sebagai konduktor panas dan memadamkan api dengan menyerap panas dan menurunkan temparatur logam sampai di bawah titik nyalanya.
-Meet-L-X
Bubuk ini mengandung sodium klorida dengn penambahan aditif seperti phosphat trikalsium untuk meningkatkan karakteristik aliran dan kemampuan logam menolak air.
-Bubuk Na-X
Bubuk ini dibuat khusus untuk kebakaran pada sodium. Bubuk ini di tambah dengan sodium karbonat dan aditif lainnya untuk memudahkan bubuk ini mengalir untuk penggunaan pada pemadam bertekanan (pressurized extinguisher).
-Fluks Pengecoran (Foundry Flux)
Bubuk ini digunakan dalam kegiatan pengecoran magnesium untuk membentuk suatu lapisan kulit pada permukaan logam cair untuk menolak oksigen.
-Bubuk Lith-X
Bubuk ini khusus digunakan untuk kebakaran pada latium tetapi efektif juga untuk kebakaran pada magnesium, sodium, sodium-potasium dan keeping zirconium. Bubuk ini berbahan dasar graphit.
2.6 Halon Sebagai Media Pemadam Api
Halon adalah media pemadam api yang sangat efektif bahkan mendekati ideal dan mulai secara umum digunakan sejak tahun 1960-an. Jika satu atau lebih atom Hidrogen pada Hidrokarbon digantikan dengan atom Halogen (flourin, klorin, bromin, atau iodin), menghasilkan senyawa yang tak terbakar dan memiliki kemampuan memadamkan api yang tinggi. Jenis Halon yang paling umum digunakan adalah Halon 1211 yang mengandung Bromochlorodiflourmethane (CF2BrCI) dan Halon 1301 yang mengandung Bromotriflouromethane (CF3BR). Haon 1211 umumnya digunakan sebagai alat pemadam api portable (ringan) karena sangat beracun. Sedangkan Halon 1301 dipakai untuk system total flooding (seluruh ruangan) karena memiliki kadar racun yang rendah. Halon memadamkan api dengan memutuskan reaksi kimia berantai pembakaran.